Menu

Mode Gelap
Banjir Melanda Bandar Lampung: Sejumlah Wilayah Terdampak, Warga Diminta Waspada Temuan Pansus Singkong: Semua Pabrik Tapioka Abaikan Surat Edaran Gubernur Fauzi Heri: Pansus Bisa Adopsi Program Creating Shared Value (CSV) Budidaya Singkong Pola Kemitraan di Mesuji Fauzi Heri Pertanyakan Nilai Ekonomis Singkong di Luar Tapioka Adi Ahmadi: Berpolitik untuk Sebar Kebermanfaatan I Made Suarjaya Kritik Kinerja Kadis Ketahanan Pangan Lampung Tengah

Opini dan Analisis

Pemimpin Muda untuk Lampung, Harapan Baru dan Ujian Besar

badge-check


					Pemimpin Muda untuk Lampung, Harapan Baru dan Ujian Besar Perbesar

Oleh: Vitman Surya Rizal, aktivis & penggiat demokrasi

Di tengah riuh pasar pagi di Lampung Selatan, Ibu Nur menata cabai di lapaknya. “Kalau jalannya bagus dan hasil tani laku, hidup kami bisa lebih ringan,” katanya dengan nada berharap.

Harapan ini bukan hanya milik Ibu Nur; banyak warga Lampung memimpikan perubahan nyata di provinsi yang kaya potensi namun masih menghadapi tantangan besar. Nama Rahmat Mirzani Djausal (Mirza) dan Jihan Nurlela kini mencuat sebagai simbol harapan baru itu.

Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menyatakan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung itu memenangkan Pilkada dengan angka fantastis yaitu lebih dari 82%. Selain kemenangan mutlaknya, Mirza-Jihan juga telah menorehkan tinta emas menang Pilkada Lampung tanpa politik uang. Dalam dua perhelatan Pilgub Lampung sebelumnya, kemenangan ditentukan oleh banyaknya isi tas yang diberikan kepada pemilih.

Sebagai generasi muda, Mirza dan Jihan membawa visi segar untuk memimpin Lampung. Namun, seperti dua sisi koin, kepemimpinan muda memiliki kelebihan sekaligus tantangan yang signifikan. Dengan pendekatan berbasis teori kepemimpinan dan teori sosial, mari kita analisis peluang dan tantangan pasangan ini.

Pemimpin Muda dan Teori Transformasional
Teori kepemimpinan transformasional menyoroti bahwa pemimpin muda sering kali membawa inovasi, semangat tinggi, dan visi yang berorientasi masa depan. Mirza, mantan Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Lampung, dikenal sebagai sosok vokal yang memahami akar masalah provinsi ini, seperti buruknya infrastruktur dan ketimpangan ekonomi​.

Sementara itu, Jihan Nurlela, dokter sekaligus aktivis yang fokus pada pemberdayaan perempuan, menawarkan perspektif inklusif yang sering kali kurang terwakili dalam politik lokal. Bersama, keduanya membawa narasi segar: membangun Lampung dengan pendidikan berkualitas, ekonomi berbasis desa, dan infrastruktur yang merata​.

Mirza dan Jihan menunjukkan visi kepemimpinan transformasional melalui janji untuk membangun sekolah kejuruan di daerah terpencil. Strategi ini mencerminkan fokus pada pengembangan manusia (human capital) untuk mencetak generasi muda yang kompetitif. Ini sejalan dengan teori sosial pembangunan, yang menekankan pentingnya pendidikan dalam mengatasi kemiskinan struktural.

Tantangan Pemimpin Muda, Perspektif Teori Birokrasi dan Sosial

Namun, kepemimpinan muda tidak lepas dari tantangan. Menurut teori birokrasi Weber, keberhasilan pemimpin sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk mengelola sistem yang kompleks dan sering kali lamban. Di Lampung, tantangan birokrasi mencakup inefisiensi dan potensi korupsi struktural. Pengalaman Mirza yang lebih banyak di legislatif, meski signifikan, belum teruji di ranah eksekutif yang membutuhkan ketangkasan manajerial.

Teori konflik sosial juga menggarisbawahi potensi resistensi dari elite politik lokal yang mungkin merasa terancam oleh pendekatan reformis pasangan ini. Di sisi lain, masyarakat adat dan komunitas pedesaan, yang memiliki sistem nilai tradisional, bisa jadi membutuhkan pendekatan khusus agar mendukung kebijakan yang diusulkan​.

Janji Perubahan yang Ditunggu
Visi Mirza-Jihan mencakup tiga prioritas besar: pembangunan manusia, pemerataan ekonomi, dan penguatan infrastruktur. Salah satu program andalan mereka adalah membangun ekonomi dari desa. Dengan program ini, mereka berharap dapat membuka lapangan kerja dan menggerakkan roda perekonomian​ di desa-desa sehingga tidak ada lagi eksodus pemuda-pemudi desa ke kota-kota besar untuk mencari pekerjaan.

Namun, di balik optimisme itu, ada tantangan besar yang harus mereka hadapi. Teori kepemimpinan menunjukkan bahwa pemimpin muda sering kali menghadapi hambatan dalam mengelola birokrasi yang kompleks dan diplomasi politik. Lampung adalah provinsi dengan dinamika politik yang rumit, di mana membangun kepercayaan dengan berbagai pihak menjadi tugas yang tidak mudah.

Lampung di Persimpangan
Mirza dan Jihan menyadari bahwa masyarakat tidak hanya ingin janji, tetapi juga aksi nyata. Di desa-desa yang sulit diakses, infrastruktur jalan masih menjadi isu utama. Di perkotaan, masalah pengangguran terus menghantui. Dalam memimpin Lampung lima tahun ke depan, mereka akan dihadapkan pada harapan besar untuk memperbaiki semua ini.

“Ada semangat baru di mereka, tapi kita lihat nanti apakah mereka bisa konsisten,” kata Pak Gito, seorang pedagang di Pasar Tempel Sukarame, Bandar Lampung.

Harapan Baru di Tangan Mereka
Mirza-Jihan adalah cerminan dari keinginan masyarakat untuk perubahan. Sebagai generasi muda, mereka membawa energi, visi, dan keberanian untuk mengubah Lampung menjadi provinsi yang lebih maju dan merata. Namun, perjalanan mereka tidak akan mudah.

Bagi rakyat Lampung, pasangan ini adalah harapan baru. Kini, tantangannya ada pada Mirza dan Jihan: apakah mereka mampu menjawab harapan itu dengan bukti nyata? Jika ya, mereka tidak hanya akan mencatatkan diri dalam sejarah sebagai pemimpin muda yang sukses, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.

Di pasar tempat Ibu Nur berjualan, harapan itu tetap hidup. “Mereka masih muda, tapi kalau niatnya baik dan serius, kami pasti mendukung,” katanya. Kini, tantangan ada pada Mirza dan Jihan untuk membuktikan bahwa mereka adalah pemimpin yang siap membawa Lampung ke arah yang lebih baik.**”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Mirza-Jihan: Pemimpin Baru untuk Lampung Maju

8 Januari 2025 - 12:19 WIB

Gubernur Baru dan Pemberdayaan Politik Sipil

5 Januari 2025 - 19:26 WIB

Harga Cabai Anjlok, Petani di Tulang Bawang Kian Terpuruk

4 Desember 2024 - 22:21 WIB

Trending di Opini dan Analisis