Menu

Mode Gelap
DPRD Lampung Sahkan APBD Perubahan 2025, Defisit Ditutup dari SiLPA Gubernur Lampung Janji Optimalkan Sumber Pendapatan Daerah Fauzi Heri Apresiasi Capaian Ekonomi Lampung: Tertinggi di Sumatera, Angka Kemiskinan Turun Amrullah Soroti Ketimpangan Anggaran Sektor Pangan dan Ekonomi Fauzi Heri Dukung Pernyataan Gubernur Lampung, Kunci Daya Saing Singkong Ada di Produktivitas Ekosistem Wisata Berkelanjutan Yogyakarta Jadi Model Inspirasi bagi Lampung

Parlemen Lampung

Harga Singkong Anjlok, Komisi II DPRD Provinsi Lampung Cecar Disperindag

badge-check


					Harga Singkong Anjlok, Komisi II DPRD Provinsi Lampung Cecar Disperindag Perbesar

Lampung – Harga singkong di Provinsi Lampung terus mengalami tekanan, membuat petani kesulitan menutup biaya produksi. Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar Komisi II DPRD Provinsi Lampung, sejumlah anggota dewan menyampaikan keluhan petani sekaligus mempertanyakan langkah konkret pemerintah.

Amrullah, anggota DPRD Lampung dari Fraksi PKS, menyampaikan bahwa dalam resesnya, petani mengeluhkan rendahnya harga jual singkong di tingkat petani. “Saat panen raya, harga singkong selalu anjlok hingga di bawah Rp900 per kilogram. Biaya produksi jauh lebih tinggi dibandingkan hasil yang diterima petani. Ini membuat mereka sulit bertahan,” ungkapnya.

Fauzi Heri dari Fraksi Gerindra menyoroti pentingnya stabilitas harga komoditas unggulan ini. “Singkong memang bukan bahan pangan utama, tetapi komoditas ini adalah sumber penghidupan utama bagi ribuan petani Lampung. Pemerintah daerah harus hadir, terutama melalui regulasi dan pengawasan harga,” tegasnya.

Sementara itu, Singa Ersa Ewangga dari Fraksi Demokrat menambahkan bahwa biaya tanam dan perawatan singkong sangat tinggi. “Biaya untuk pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja sangat mahal, tetapi hasil panen dijual dengan harga yang tidak masuk akal. Petani kita sangat tertekan,” katanya.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lampung, Evie Fatmawati, memaparkan langkah yang telah dilakukan pihaknya untuk menjaga stabilitas harga singkong. “Kami pernah memanggil pelaku industri tapioka di Lampung untuk menetapkan harga dasar singkong minimal Rp900 per kilogram. Ini adalah upaya kami untuk melindungi petani,” jelas Evie.

Evie juga mengusulkan agar komoditas singkong diarahkan ke hilirisasi produk. “Kami mendorong petani dan pelaku usaha untuk memproduksi tepung mocaf. Produk ini memiliki nilai jual lebih tinggi dan dapat meningkatkan pendapatan petani,” tambahnya.

DPRD Provinsi Lampung mendesak pemerintah agar lebih aktif dalam mengatasi persoalan ini. Langkah-langkah strategis seperti peningkatan daya tawar petani dan regulasi harga dinilai menjadi kunci utama untuk menjaga kesejahteraan petani singkong di Lampung.

Rapat Dengar Pendapat ini dipimpin langsung oleh Ketua Komisi II DPRD Provinsi Lampung Ahmad Basuki dari FPKB, Wakil Ketua Arnold Alam dari F-Golkar, dan Sekretaris Aribun Ayunis dari FPDIP. Sementara anggota yang hadir mengikuti rapat adalah Fauzi Heri, I Made Suarjaya, dan Mikdar Ilyas dari F-Gerindra, Fatikhatul Khoiriyah dari FPKB, Morisman, Andriano Dwiki dari F-PAN, Hannifal dan Singa Ersa Ewanggadari Fraksi Demokrat, Amrullah F-PKS, dan Jamroni F-Nasdem, dan Solihin dari F-PDIP, serta Handitya Narapati SSP dari F-Golkar. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

DPRD Lampung Sahkan APBD Perubahan 2025, Defisit Ditutup dari SiLPA

19 Agustus 2025 - 15:18 WIB

Gubernur Lampung Janji Optimalkan Sumber Pendapatan Daerah

13 Agustus 2025 - 19:11 WIB

Amrullah Soroti Ketimpangan Anggaran Sektor Pangan dan Ekonomi

11 Juli 2025 - 16:00 WIB

Ekosistem Wisata Berkelanjutan Yogyakarta Jadi Model Inspirasi bagi Lampung

25 Juni 2025 - 15:19 WIB

Komisi II DPRD Lampung Belajar Ke Jawa Barat, Gali Ilmu Pengembangan Pariwisata dan Kebudayaan

24 Juni 2025 - 14:15 WIB

Trending di Parlemen Lampung