Menu

Mode Gelap
Lapor PLN, Sambungan Listrik di Gang Masjid Bumi Kedamaian Rawan Korslet Pemprov Lampung Dihadapkan pada Defisit Anggaran, DPRD Dorong Optimalisasi PAD dari Sektor Non Pajak Kemitraan Sawit Semrawut, Fauzi Heri Desak Pemkab Mesuji Tuntaskan Penyebab Konflik warga dengan PT. Prima Alumga Fauzi Heri Dorong Pendataan Aset Dinas KPTPH untuk Hasilkan PAD Fauzi Heri: Jangan Sampai Lampung Dijadikan Tempat Usaha, tetapi Hanya Mendapatkan Kotorannya Saja Lampung: Gerakan Kebudayaan sebagai Strategi Pemberdayaan

Opini dan Analisis

Harga Cabai Anjlok, Petani di Tulang Bawang Kian Terpuruk

badge-check


					Harga Cabai Anjlok, Petani di Tulang Bawang Kian Terpuruk Perbesar

Menurut David, seorang petani di Desa Purwa Jaya, harga cabai saat ini bahkan tidak mampu menutupi biaya pupuk, obat-obatan, dan perawatan tanaman. “Dengan harga seperti ini, kami sudah pasti merugi. Pupuk mahal, obat-obatan juga naik, sementara hasil panen tidak sebanding dengan modal yang kami keluarkan,” ujarnya.

Harga cabai rawit di wilayah Tulang Bawang, khususnya Desa Purwa Jaya, Kecamatan Banjar Margo, mengalami penurunan drastis dalam beberapa minggu terakhir. Saat ini, harga hanya berkisar Rp15.000 per kilogram, jauh di bawah harga satu bulan lalu yang mencapai Rp35.000 per kilogram. Kondisi ini membuat para petani semakin sulit bertahan karena biaya operasional tanam yang tinggi.

Hanang, petani lainnya, menambahkan bahwa anjloknya harga kemungkinan besar disebabkan oleh melimpahnya stok di pasaran akibat panen serentak di berbagai daerah. Namun, ia menyayangkan kurangnya perhatian dari pihak terkait untuk membantu petani keluar dari situasi ini. “Kami hanya bisa menerima informasi dari tengkulak, tapi tetap tidak tahu solusi untuk masalah ini,” katanya.

Kondisi ini mendorong para petani mendesak pemerintah untuk segera turun tangan. Mereka berharap ada kebijakan yang bisa menekan biaya operasional, terutama harga pupuk dan obat-obatan yang terus melambung. “Kalau harga cabai rendah, kami masih bisa terima asalkan harga pupuk dan obat juga ikut turun, jadi ada keseimbangan,” ujar David.

It’s

Selain itu, petani meminta agar pemerintah memberikan dukungan berupa bantuan subsidi atau regulasi harga yang lebih stabil. Hal ini dinilai penting untuk melindungi petani dari fluktuasi harga yang kerap merugikan mereka.

Situasi ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan petani, tetapi juga berpotensi memengaruhi perekonomian lokal. Sebagai salah satu sektor unggulan, pertanian menjadi penopang utama ekonomi di Tulang Bawang. Jika masalah ini terus berlanjut tanpa intervensi, dampaknya bisa meluas ke sektor lain yang bergantung pada hasil pertanian.

Para petani berharap, dengan adanya perhatian dari pemerintah dan kebijakan yang lebih berpihak kepada mereka, kondisi ini dapat segera diatasi sehingga petani tidak lagi terpuruk akibat anjloknya harga hasil panen.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Lampung: Gerakan Kebudayaan sebagai Strategi Pemberdayaan

8 Februari 2025 - 20:38 WIB

Mirza-Jihan: Menjawab Keraguan, Membangun Lampung Maju

24 Januari 2025 - 22:51 WIB

Mirza-Jihan: Pemimpin Baru untuk Lampung Maju

8 Januari 2025 - 12:19 WIB

Gubernur Baru dan Pemberdayaan Politik Sipil

5 Januari 2025 - 19:26 WIB

Pemimpin Muda untuk Lampung, Harapan Baru dan Ujian Besar

1 Desember 2024 - 10:34 WIB

Trending di Opini dan Analisis